Sabtu, 05 November 2011

Detergen

Detergen adalah bahan atau senyawa yang mampu meningkatkan daya cuci atau daya membersihkan air terhadap benda padat. Disamping itu, dikenal pula detergent bukan cairan ( nonaguesus detergen ), yaitu detergen ysng mampu meningkatkan daya pembersih pelarut pelarut organic ( organic solvent ).

Komposisi Kimiawi
Detergen ( Syntetic Deetergent / syndet ) mempunyai komposisi yang bervariasi, tergantung kepada dan untuk siapa detergen itu digunakan. Detergen umumnya digunakan sebagai bahan pencuci, umumnya terbentuk dari beberapa bahan dasar, yaitu :
1.Surface active agent atau surfactants, yaitu bahan atau senyawa yang sangat besar kemampuannya untuk menurunkan permukaan ( molekul molekul ) air. Pengaruh ( sifat ) fisik ini sangat menentukan nilai guna detergent.
2.Builder or binder, umumnya adalah garam garam inorganic atau garam garam alkalis yang berfungsi sebagai pembangun atau pengikat senyawa detergent dan meningkatkan kemampuan daya pembersih surfactant, umumnya ia ( binder ) dalah “bukan“ atau “tidak bersifat” surfactants.
3.Auxiliary components, yaitu bahan/senyawa tambahan yang berfungsi untuk meningkatkan nilai guna detergent.

Sabun atau Soap, menurut nilai gunanya adalah detergent alami ( natural detergent ); terbuat dari senyawa asam lemak alami, baik nabati maupun hewani, dengan basa dari alkali tanah atau logam. Dalam pengertian umum, “sabun” adalah “sabun”, bukan detergent; sedang detergent adalah sythetik detergent atau syidet.

KARAKTERISTIK
1. Surfactan
Surfactant mempunyai rantai molekul yang panjang, baik lurus maupun bercabang. Salah satu ujung rantainya adalah tidak larut dalam air ( hydrophobic ) ynag berupa hydrocarbon nonpolar ( nonpolar hydrocarbon ), sementara ujung yang lain terdiri dari senyawa yang larut dalam air ( hydrophilic ) atau polar radikal, yang dapat terionosasi atau tidak terionisasi di dalam air. Dengan sifat surfactant seperti itu, maka detergent terbagi menjadi :
a.Anionic detergent : detergent / surfactant yang bernuatan negative.
b.Cationic detergent : detergent / surfactant yang bermuatan positife, dan
c.Nonionic detergent : detergent / surfactant yang tidak bermuatan.
Detergent Anionic dan nonanionic adalah detergent yang umum digunakan saat ini.

Sabun mempunyai surfactant anionic yang polar radikalnya adalah senyawa karboxyl ( carboxyl ), sedang radikal nonpolarnya adalah senyawa asam lemak dan garam alkali tanah atau garam inorganic dari logam. Oleh karena itu sabun tidak atau kurang efektif dalam air sadah ( hard water ) dan air yang bersifat asam ( pH rendah ).

Detergent/ surfactant anionic, detergent yang umum didayagunakan, mempunyai radikal/gugus polar yang bersifat hydrophilic terdiri dari garam alkali tanah atau logam dengan asam sulfat atau asam sulfanate. Oleh karena itu syndet tetap aktif dan efectif dalam air sadah maupun air yang ber PH rendah ( asam ).

R1 C6H4 R2SO3 Na
Nonionic surfactant/detergent, umumnya berbentuk cairan. Cairan nonionic mempunyai buih sedikit atau hampir tidak berbuih. Detergen jenis ini digunakan untuk membersihkan peralatan atau yang efectif.

2. Bahan Pembangun ( builder or binder )

Bahan/senyawa pembangun atau pengikat yang umum digunakan adalah “conducsed phosphates” khususnya “sodium tripoly phosphate” yang bersifat “defloculant” dan “softener” di dalam air. Dengan demikian “ builder” memacu dan meningkatkan efectifitas dan daya guna detergent. Syndet yang terdapat di pasar ( dunia ) umumnya terdiri dari 10 – 30 % surfactant, 25 - 40% bahan pembangun senyawa ( kompleks ) kalium phosphate, 5-7% bahan pelindung atau anti korosif sodium silikat, 3 – 6% bahan penstabil busa dari senyawa amida, 15 – 25% bahan polar dari natrium sulfat atau sulfit dan 6 – 15% air dan sebagian kecil ( trace element ) adalah bahan bahan penunjang atau “additivef”.

3. Bahan penunjang ( additives agents )

Diantara bahan bahan penunjang yang sangat penting diantaranya adalah bahan penstabil busa, bahan pemutih atau “optical brightner”, bahan “antideposition”dan bahan pewangi (parfume).
Bahan penstabil busa adalah senyawa organic yang mirip sifatnya dengan surfactant. Bahan pemutih atau “optical brighners”adalah senyawa yang tidak berwarna, yang (relatife) selama dalam proses pembuatan dan pemakaian detergent berkilau ( floresce ) dalam cahaya matahari sehingga menghasilkan warna benda yang dicuci lebih cemerlang ( brighter ).



sumber : bahan kuliah pencemaran laut, oleh Oleh Ir. Ria Azizah TN., Msi

baca selengkapnya......

Pasang Surut

Pasang laut adalah naik atau turunnya posisi permukaan perairan atau samudera yang disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi bulan dan matahari. Ada tiga sumber gaya yang saling berinteraksi: laut, matahari, dan bulan. Pasang laut menyebabkan perubahan kedalaman perairan dan mengakibatkan arus pusaran yang dikenal sebagai arus pasang, sehingga perkiraan kejadian pasang sangat diperlukan dalam navigasi pantai. Wilayah pantai yang terbenam sewaktu pasang naik dan terpapar sewaktu pasang surut, disebut mintakat pasang, dikenal sebagai wilayah ekologi laut yang khas.

Periode pasang laut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Panjang periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.

#Tipe pasang laut
Terdapat tiga tipe dasar pasang laut:
*harian (diurnal)
*tengah harian (semidiurnal)
*campuran (mixed tides).

# Penyebab pasang laut
Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang laut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang laut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera.
Pasang laut merupakan hasil dari gaya gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi (bumi). Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, namun gaya gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.

Pasang laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang sangat tinggi dan pasang surut yang sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.
Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi pada saat bulan seperempat dan tigaperempat.

baca selengkapnya......

nyoba doang

lagi ngutak-ngatik blog ini jadi maaf klo ga jelas, maklum masih banyak belajar jadi klo salah n gagal, maaapin yah... hehe

baca selengkapnya......

Rabu, 02 November 2011

Faktor Penyebab Perubahan Garis Pantai


1.  Gelombang
Gelombang di laut dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang tergantung pada gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut adalah gelombang angin yang dibangkitkan oleh tiupan angin di permukaan laut, gelombang pasang surut dibangkitkan oleh gaya tarik benda-benda langit terutama matahari dan bulan terhadap bumi, gelombang tsunami terjadi karena letusan gunung berapi atau gempa di laut. Gelombang dapat menimbulkan  energi untuk membentuk pantai, menimbulkan arus dan transpor sedimen dalam arah tegak lurus dan sepanjang pantai (Triatmodjo, 1999).
Apabila gelombang yang terjadi membentuk sudut dengan garis pantai, maka akan terjadi dua proses angkutan sedimen yang bekerja secara bersamaan, yaitu komponen tegak lurus dan sejajar garis pantai. Sedimen yang tererosi oleh komponen tegak lurus pantai akan terangkut oleh arus sepanjang pantai sampai ke lokasi yang cukup jauh. Akibatnya apabila ditinjau di suatu lokasi, pantai yang mengalami erosi pada saat terjadi badai tidak dapat terbentuk kembali pada saat gelombang normal, karena material yang tererosi telah terbawa ke tempat lain. Dengan demikian, untuk suatu periode waktu yang panjang, gelombang datang akan membentuk sudut terhadap garis pantai dapat menyebabkan mundurnya (erosi) garis pantai (Triatmodjo, 1999).

        
Gambar 1. Proses Pembentukan Pantai oleh Gelombang (Triatmodjo,1999)

Menurut Pratikto et al. (1997), Gelombang yang datang mendekati pantai cenderung mengepung tanjung, dan mengkonsentrasikan energinya disisi muka dan samping tanjung tersebut. Perlindungan ekstra sangat diperlukan untuk daerah pantai yang memiliki bagian yang menjorok kelaut. Sementara di daerah teluk, dimana garis pantai lebih panjang dibanding tanjung, energi gelombang cenderung disebar ke sepanjang garis pantai.

Gambar 2. Pengaruh Bentuk Pantai terhadap Daya Penghancur Gelombang   (Pratikto et al.,1997)

2.  Arus
Transpor masa dan momentum dalam penjalaran gelombang menimbulkan arus di dekat pantai. Di beberapa daerah yang dilintasinya, perilaku gelombang dan arus yang ditimbulkan berbeda. Di daerah lepas pantai (offshore zone) gelombang menimbulkan gerak orbit partikel air, gerak orbit partikel air tidak tertutup sehingga menimbulkan transpor masa air. Transpor tersebut dapat disertai dengan terangkutnya sedimen dasar dalam arah menuju pantai (onshore) dan meninggalkan pantai (offshore). Gelombang pecah menimbulkan arus dan turbulensi yang sangat besar yang dapat menggerakkan sedimen dasar.gerak massa air tersebut disertai dengan terangkutnya sedimen. Arus yang terjadi si surf zone dan swash zone adalah yang paling penting di dalam analisis pantai, dimana sangat tergantung pada arah datang gelombang (Triatmodjo, 1999).



b = sudut datang gelombang)
 

Gambar 3.  Arus di Dekat Pantai (Triatmodjo, 1999)

Triatmodjo (1999) menyebutkan Arus pasang terjadi pada waktu pasang dan arus surut terjadi pada saat periode air surut. Titik balik (slack) adalah saat di mana arus berbalik antara arus pasang dan arus surut. Titk balik ini isa terjadi pada saat muka air tertinggi dan muka air terendah. Pada saat tersebut kecepatan arus adalah nol.
Arus sepanjang pantai dapat juga dibentuk oleh pasang surut permukaan laut. Diperairan sempit seperti teluk dan selat, pasang surut merupakan penyebab utama, dan kecepatan arus yang dihasilkan dapat mencapai 2 knot (1m/det) (Pratikto et al., 1997).
3.  Pasang surut
Pasang surut adalah flutuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena adalah gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Mesipun massa bulan jauh lebih kecil dari massa matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi jauh lebih dekat, msks pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar daripada pengaruh gaya tarik matahari (Triatmodjo, 2003).
Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Di suatu daerah dalam satu hari dapat terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Secara umum pasang surut di berbagai daerah dapat dibedakan dalam empat tipe, yaitu:
1.      Pasang Surut Harian Tunggal yaitu dalam satu hari terdapat satu kali pasang dan satu kali surut.
2.      Pasang Surut Harian Ganda yaitu dalam satu hari terdapat dua kali pasang dan dua kali surut.
3.      Pasang Surut Campuran condong keharian tunggal yaitu dalam satu hari terdapat satu kali pasang dan satu kali surut tapi kadang-kadang terjadi dua kali pasang atau dua kali surut.
4.      Pasang surut campuran condong keharian ganda yaitu dalam satu hari terdapat dua kali pasang dan dua kali surut namun tinggi dan periodenya  sangat berbeda (Triatmodjo, 1999).
4.  Angin
Sirkulasi udara yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi disebut angin. Gerakan udara ini disebabkan oleh perubahan temperatur atmosfer. Waktu udara dipanasi, rapat massanya berkurang, yang berakibat naiknya udara tersebut yang kemudian diganti oleh udara yang lebih dingin di sekitarnya. Perubahan temperatur di atmosfer disebabkan oleh perbedaan penyerapan panas oleh tanah dan air, atau perbedaan panas gunung dan lembah, perbedaan siang dan malam (Triatmodjo, 2003).
Menurut Setiono (1996), angin merupakan massa udara yang bergerak hampir horizontal. Sirkulasi dilautan dimana keadaan atmosfer (terutama angin) memainkan peranan penting dalam mengendalikan gerakan permukaan laut meskipun pengaruhnya terbatas sampai kedalaman kurang kebih 100 meter.

5.  Transport sedimen
Siebold dan Berger (1993) dalam Setiyono (1996) menyebutkan bahwa sumber sedimen laut berasal dari angin, vulkanik, dan masukan dari sungai yang sebagian besar dihasilkan dari pelapukan batuan diatas daratan. Menurut Poerbandono (2005), sedimen adalah material yang berasal dari fragmentasi (pemecahan) batuan. Pemecahan tersebut terjadi karena pelapukan (weathering) yang dapat berlangsung secara fisik, kimiawai atau biologis. Sedimen adalah bahan utama pembentuk morfologi (topografi dan batimetri) pesisir. Berubahnya morfologi pesisir terjadi sebagai akibat berpindahnya sedimen yang berlangsung melalui mekanisme erosi, pengangkutan (transport) dan pengendapan (deposition).
Transpor sedimen pantai adalah gerakan sdimen pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus pembangkitnya. Transpor sedimen sepanjang pantai terdiri dari dua komponen utama yaitu, transpor sedimen dengn bentuk mata gergaji di garis pantai dan transpor sedimen sepanjang pantai di surf zone.Analisis imbangan sedimen dapat memperkirakan daerah pantai yang mengalami erosi atau akresi (sedimentasi). Sedimen yang masuk di daerah pantai yang ditinjau meliputi suplai sedimen dari sungai, material yang berasal dari erosi tebing, angkutan sedimen sepanjang pantai dan tegak lurus pantai (onshore transport). sedimen yang keluar adalah angkutan sedimen sepanjang pantai dan tegak lurus pantai (offshore transport) dan penambangan pasir (Triatmodjo, 1999).
   
Gambar 4. Transpor Sedimen Sepanjang Pantai (Triatmodjo, 1999)



Daftar Pustaka
Pratikto, W.A, Armono H.D, Suntoyo. 1997. Perencanaan Fasilitas Pantai dan Laut. Edisi Pertama. BPFE. Yoyakarta. 226 hlm.
Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Ofset. Yogyakarta.
Triatmodjo, B. 2003. Pelabuhan. Beta Ofset. Yogyakarta.

baca selengkapnya......

Minggu, 30 Oktober 2011

karbohidrat di perairan

Karbondioksida Dalam Air

Meskipun presentase karbondioksida di atmosfir relative kecil, akan tetapi keberadaan karbondioksida di perairan relatif banyak, karena karbondioksida memiliki sifat kelarutan yang tinggi. CO2 yang terkandung dalam air berasal dari udara dan dari hasil dekomposisi zat organik. Permukaan air biasanya mengandung CO2 bebas kurang dari 10 mg/L, sedangkan pada dasar air konsentrasinya dapat lebih dari 10 mg/L.

Karbondioksida yang terdapat di perairan berasal dari berbagai sumber, yaitu sebagai berikut:
1. Difusi dari atmosfer. Karbondioksida yang terdapat di atmosfer mengalami difusi secara langsung ke dalam air.
2.Air hujan. Air hujan jatuh ke permukaan bumi seara teoritis memiliki kandungan karbondioksida sebesar 0,55-0,60 mg/L, berasal dari karbondioksida yang terdapat di atmosfir.
3. Air yang melewati tanah organic. Tanah organic yang mengalami dekomposisi mengandung relative banyak karbondioksida sebagai hasil proses dekomposisi. Karbondioksida hasil dekomposisi ini akan larut ke dalam air.
4. Respirasi tumbuhan, hewan dan bakteri aerob maupun anaerob. Respirasi tumbuhan dan hewan mengeluarkan karbondioksida. Dekomposisi bahan organik pada kondisi aerob menghasilkan karbondioksida sebagai salah satu produk akhir. Demikian juga, dekomposisi anaerob karbohidrat pada bagian dasar perairan akan menghasilkan karbondioksida sebagai produk akhir.

Karbondioksida dari udara selalu bertukar dengan yang di air jika air dan udara bersentuhan. Pada air yang tenang pertukaran ini sedikit, proses yang terjadi adalah difusi. Jika air bergelombang maka pertukaran berubah lebih cepat. Gelombang dapat terjadi jika air di permukaan berpusar menuju ke bagian dasar danau, sambil membawa gas yang terlarut. Karbondioksida juga terdapat dalam air hujan. Hal ini terbawa waktu tetes air terjun dari udara. Setiap tetes mengandung 0,6 bpj CO2 yang biasanya bereaksi dengan air, seperti ditunjukkan pada persamaan reaksi :

CO2 + H2O                             H2CO3            (6,18)

dan sebagian terurai menjadi ion-ion yang ditunjukkan pada persamaan reaksi :
H2CO3                        H+ + HCO3-                (6,19)

Hal ini dapat menyebabkan air hujan agak bersifat asam. Lebih lagi jika udara sudah tercemar dan mengandung asam lain yang lebih kuat dari pada asam karbonat. Menurut Tresna A. Sastrawijaya, kandungan CO2 dan H2CO3 dalam larutan dinamakan karbondioksida bebas. Sedangkan kandungan CO2 dan HCO3- dalam larutan dinamakan karbondioksida gabungan. Jika air hujan jatuh di tanah kemudian dalam rongga tanah bertemu lagi dengan karbondioksida, maka air hujan ini lebih asam lagi. Jika kemudian bersentuhan dengan batu kapur CaCO3 maka akan terjadi reaksi dan membentuk garam asam, menurut persamaan reaksi :
CaCO3 + H2CO3                            Ca( HCO3)2              (6,19)
Hal ini akan bertahan lama terjadi jika banyak CO2. Jika tidak ada lagi CO2 maka garam asam itu akan terjadi CaCO3 yang ditunjukkanan reaksi :
Ca( HCO3)2                          CaCO3 + H2O + CO2          (6,19)

Air tanah biasanya mengandung karbondioksida bebas kurang dari 10 bpj, air dengan 25 bpj karbondioksida sudah dapat membahayakan mahluk hidup. Karbondioksida dapat juga berbentuk sebagai hasil metabolisme. Pada fotosintesis banyak digunakan CO2 dan dikeluarkan O2. Hal ini akan mempengaruhi konsentrasi CO2 dalam air yang bergantung kepada kedalaman air itu.(Sastrawijaya, 2000)
Istilah “karbondioksida bebas” (free CO2) digunakan untuk menjelaskan CO2 yang terlarut dalam air, selain yang berada dalam bentuk terikat CO2 bebas menggambarkan keberadaan gas CO2 diperairan yang membentuk kesetimbangan dengan CO2 di atmosfir.(Effendi, 2003)

Karbondioksida di Laut

Laut mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon, dimana sebagian besar dalam bentuk ion bikarbonat. Karbon anorganik, yaitu senyawa karbon tanpa ikatan karbon-karbon atau karbon-hidrogen, adalah penting dalam reaksinya di dalam air. Pertukaran karbon ini menjadi penting dalam mengontrol pH di laut dan juga dapat berubah sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon. Karbon siap untuk saling dipertukarkan antara atmosfer dan lautan. Pada daerah upwelling, karbon dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada daerah downwelling karbon (CO2) berpindah dari atmosfer ke lautan. Pada saat CO2 memasuki lautan, asam karbonat terbentuk:
CO2 + H2O H2CO3
Reaksi ini memiliki sifat dua arah, mencapai sebuah kesetimbangan kimia. Reaksi lainnya yang penting dalam mengontrol nilai pH lautan adalah pelepasan ion hidrogen dan bikarbonat. Reaksi ini mengontrol perubahan yang besar pada pH:
H2CO3 H+ + HCO3
Daya larut CO2 dari udara ke dalam air sangat tergantung dari tekanan parsial CO2. di udara dan dalam air. Konsentrasi (aktivitas) CO2 atau gas-gas lainnya (substansi yang mudah menguap) di dalam zat cair dapat selalu digambarkan dalam pengertian unit konsentrasi atau dalam pengertian lain tekanan parsial dalam media cair (Partial Pressure Gas in Solution), hal ini bahwa tekanan CO2 di dalam fase gas akan berada dalam keadaan setimbang. CO2 dan CO2 P memiliki keterkaitan dalam Hukum Henry,yakni jika suatu sistem (cair) dalam keadaan setimbang dalam fase gas, maka tekanan parsial gas dalam media lain sebanding dengan tekanan parsial gas dalam fase gas.
Unsur pokok bahan anorganik yang terdapat di perairan dan atmosfer memiliki asal-usul yang sama. CO2 di atmosfer adalah asam yang dapat bereaksi dengan batu batuan yang mengandung basa. Selain itu juga disebutkan bahwa badan air juga kehilangan karbon terlarut karena masuk kedalam sedimen melalui proses presipitasi. Perombakan dan reaksi presipitasi ini diwakili oleh CaCO3 (s).
Laut memiliki kemampuan dalam menampung CO2 yang berasal dari atmosfer meskipun laut juga bukan merupakan sebuah wadah yang mampu melarutkan semua bahan yang masuk kedalamnya melainkan sebuah sistem berlapis (layered system). Ada beberapa macam model yang telah diusulkan bagi layered system ini dan ada sebuah model paling sederhana yang sesuai dengan sistem ini dimana atmosfer hanya memiliki kontak/hubungan langsung dengan lapisan permukaan laut di atas thermocline. Turn-over dari lautan lambat dan jika kesetimbangan antara atmosfer dan lapisan permukaan dicapai dengan cepat maka kesetimbangan total lautan akan terjadi berabad-abad.
Selain itu oleh Sumich (1992) mengemukakan, bahwa air laut biasanya memiliki kemampuan yang sangat besar untuk menyerap CO2 bergabung dengan air untuk menghasilkan asam lemah, asam karbonat (H2CO3). Khususnya asam karbonat memisahkan diri dari bentuk hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO3-) atau 2 ion H+ dan 1 ion carbonat (CO32-) yang reaksinya sebagaimana dituliskan di atas. Asam karbonat, bikarbonat dan sistem karbonat di air laut berfungsi sebagai penyangga atau untuk membatasi perubahan pH air laut. Jika ion H+ berlebihan maka akan terjadi perubahan pH.

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Distribusi CO2 Dalam Air Laut

Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi CO2 dalam air laut telah lama dipelajari oleh para ahli. Salah satu studi yang dikembangkan dalam hal ini adalah program GEOSECS yang banyak menghasilkan beragam informasi tentang sistem CO2. Penelitian ini dilakukan didua samudera yakni Pasifik Utara ( 204, 31N, 150E) dan Atlantik Utara (115, 28N, 26W) untuk menunjukan keterkaitan kedalaman pada dua samudera tersebut (Riley, J.P and Skirrow, G., 1975; Vetter, 1974; Millero and Sohn 1992).
Adapun beberapa parameter yang mempengaruhi distribusi CO2 dalam air laut adalah sebagai berikut : 
a)    pH (Derajat Keasaman)
pH dalam permukaan air laut dalam keadaan setimbang dengan atmosfir adalah berkisar antara 8.2 0.1. Pada kolom air yang tertutup atau relatif kecil variasi pH menunjukan diurnal dan berada antara 8.2 – 8.9. Penurunan pH hingga minimum terjadi pada malam hari karena adanya proses respirasi oleh organisme yang menghasilkan CO2 dan meningkat pada siang hari ketika fotosintesis berlangsung, di mana CO2 dimanfaatkan hingga konsentrasinya menurun sebagaimana terlihat pada gambar 3.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pH minimum terjadi pada kedalaman 1000 m bersamaan juga dengan kondisi O2 yang juga minimum akan tetapi Tekanan Parsial CO2 meningkat. Peningkatan pH di laut dalam terjadi karena kelarutan (dissolution) dari CaCO3, di mana pH bisa mencapai 7.5 pada kedalaman 1000 m. Pada kedalaman yang lebih dalam pH bisa mencapai maksimum akibat adanya tekanan ionisasi asam karbonat . 

b) alkalinitas (AT)
Pada permukaan salinitas dapat mempengaruhi alkalinitas, hal ini terlihat dari
hasil penelitian program GEOSECS diperoleh bahwa alkalinitas di Samudera Atlantik
Utara lebih tinggi daripada Samudera Pasifik Utara, hal ini disebabkan oleh pengaruh
salinitas akibat adanya evaporasi yang tinggi di Atlantik, sehingga salinitasnya akan
meningkat.Sedangkan pada kedalaman laut yang lebih dalam alkalinitas akan sangat
dipengaruhi oleh kelarutan CaCO3. Alkalinitas Pasifik Utara pada kedalaman yang lebih
dalam lebih tinggi dibandingkan dengan alkalinitas di Atlantik Utara pada kedalaman
yang sama (Gambar 4). Hal ini dikarenakan samudera Pasifik sebelah utara memiliki
umur lebih tua sehingga mengakumulasi CO3 2- lebih banyak. 

c)    CO2 Total ( CO2)
Total karbon dioksida ( CO2) anorganik terlarut di permukaan laut ditunjukan pada gambar 5. Tidak seperti alkalinitas total CO2 di perairan equator menunjukan kenaikan yang besar, hal ini disebabkan oleh adanya equatorial upwelling (upwelling pada daerah equator). Hal ini juga dijelaskan oleh Broecker dan Peng (1952) bahwa level total CO2 dan CO2 P di permukaan air berhubungan dengan pertukaran antara CO2 di udara dan CO2 di perairan (Gambar 6). Pertukaran yang berlangsung lambat menyebabkan CO2 P di perairan lebih besar dibandingkan dengan angka di atmosfer yang terdapat di dekat equator dan rendah di perairan kutub.
Akibat efek penyangga air laut, hanya sejumlah kecil dari CO2 yang butuh dipindahkan ke dalam perairan untuk mengembalikan kondisi kesetimbangan antara udara dan perairan laut. Sistem penyaggaan seperti ini disebut Revelle Factor (R) yakni rasio kenaikan fraksi di dalam tekanan parsial CO2 di atmosfer terhadap kenaikan fraksi total karbon dioksida di perairan.


*maaf lagi, dapusnya kgk tau dimana, gw cari ga ada, di temen mungkin, karna ni tugas kelompok. hehe

baca selengkapnya......

Sabtu, 15 Oktober 2011

enam tipe pantai di Indonesia

 1. Wave Erosion Coast

Pantai dengan tipologi Wave Erosion Coast merupakan pantai yang umumnya terbentuk akibat aktivitas erosi gelombang. Karakteristik fisik (abiotik) ditandai dengan bentuk morfologi pantai yang terjal (cliff), lereng berteras dan berbukit. Pantai dengan tipologi Wave Erosion Coast dapat dijumpai di Pura Uluwatu yang berbukit terjal 

2. Coast Built by Organism
Tipe pantai ini dibentuk oleh organisme laut, sehingga terlihat dataran pantai yang relatif luas, berwarna keputihan, dan diselang-seling oleh bongkahan organisme laut yang sudah membatu. Tanaman bakau relatif banyak ditemui. Tipe pantai ini dapat dijumpai di Tanjung Panto, wilayah Kecamatan Malingping, Propinsi Jawa Barat.

3. Volcanic Coast
Tipologi pantai Volcanic Coast merupakan pesisir yang terbentuk sebagai akibat proses volkanik. Tipe pantai seperti ini biasanyaplatform-nya landai dan memungkinkan tumbuhnya karang, sehingga lautnya cukup jernih seperti dijumpai di Pantai Pasir Putih, Situbondo. Air laut relatif tenang dengan ketersedian airtanah yang cukup baik dan tidak asin.

4. Marine Deposition Coast
Tipologi pantai Marine Deposition Coast adalah pantai atau pesisir yang dibentuk oleh proses deposisi material sedimen marin. Termasuk dalam kategori ini adalah pesisir berpenghalang (barrier coast), seperti barrier beaches, barrier island, barrier spits and bays, cuspate foreland, beach plains, coastal sand plainstanpa lagoon, dan rataan lumpur (mud flat) atau rawa garam (salt marsh).

5. Structurally Shaped Coast
Tipologi structurally shaped coast yaitu pesisir yang terbentuk akibat proses patahan, lipatan, atau intrusi batuan sedimen, seperti kubah garam atau kubah lumpur dangkal (salt domes atau mud lumps). Karakteristik fisik tipe pantai structurally shaped coast, ditandai dengan bentuk morfologi pantai yang tidak teratur dan terjal. Tipologi pantai ini dapat dijumpai di Probolinggo (Gunung Bentar)

6. Sub-aerial deposition Coast
Pantai dengan tipologi sub-aerial depositon coast, merupakan pantai yang umumnya terbentuk akibat akumulasi bahan-bahan sedimen sungai yang membentuk delta dengan rataan pasang surut (tidal flat).
Berdasarkan bentang alamnya tersebut serta pemahaman mengenai geomorfologi pantai menurut Villes & Spencer (1995, dengan modifikasi), maka lingkungan fisik wilayah Pantai Parangtritis dan sekitarnya, dapat diklasifikasikan menjadi 4 subbentang alam geologi pantai (coastal geological landscape) antara lain:
1 Tectonic cliffts coastal geological landscape
2 Coastal wateshed – floodplain geological landscape
3 Coastal – marine geological landscape
4 Coastal sanddune geological landscape


sumbernya gw lupa, maaf bgt... yang pasti ini ada di file2 tugas geomorfologi gw.

baca selengkapnya......

Kamis, 05 Mei 2011

Sumber Pencemaran Minyak Di Laut



Pencemaran laut diartikan sebagai adanya kotoran atau hasil buangan aktivitas makhluk hidup yang masuk ke daerah laut. Sumber dari pencemaran laut ini antara lain adalah tumpahan minyak, sisa damparan amunisi perang, buangan dan proses di kapal, buangan industri ke laut, proses pengeboran minyak di laut, buangan sampah dari transportasi darat melalui sungai, emisi transportasi laut dan buangan pestisida dari pertanian. Namun sumber utama pencemaran laut adalah berasal dari tumpahan minyak baik dari proses di kapal, pengeboran lepas pantai maupun akibat kecelakaan kapal. Polusi dari tumpahan minyak di laut merupakan sumber pencemaran laut yang selalu menjadi fokus perhatian dari masyarakat luas, karena akibatnya akan sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan sangat signifikan merusak makhluk hidup di sekitar pantai tersebut. 
dibawah ini merupakan beberapa penyebab terjadinya pencemaran minyak di laut, yang antara lain

      Operasi Kapal Tanker
Produksi minyak dunia diperkirakan sebanyak 3 milyar ton per tahun dan setengahnya dikirimkan melalui laut. Setelah kapal tanker memuat minyak kargo, kapal pun membawa air ballast (sistem kestabilan kapal menggunakan mekanisme bongkar-muat air) yang biasanya ditempatkan dalam tangki slop. Sampai di pelabuhan bongkar, setelah proses bongkar selesai sisa muatan minyak dalam tangki dan juga air ballast yang kotor disalurkan ke dalam tangki slop. Tangki muatan yang telah kosong tadi dibersihkan dengan water jet, proses pembersihan tangki ini ditujukan untuk menjaga agar tangki diganti dengan air ballast baru untuk kebutuhan pada pelayaran selanjutnya (Sofyan,2001).
Hasil buangan dimana bercampur antara air dan minyak ini pun dialirkan ke dalam tangki slop. Sehingga di dalam tangki slop terdapat campuran minyak dan air. Sebelum kapal berlayar, bagian air dalam tangki slop harus dikosongkan dengan memompakannya ke tangki penampungan limbah di terminal atau dipompakan ke laut dan diganti dengan air ballast yang baru. Tidak dapat disangkal buangan air yang dipompakan ke laut masih mengandung minyak dan ini akan berakibat pada pencemaran laut tempat terjadi bongkar muat kapal tanker (Sofyan,2001).

    Docking (Perbaikan atau Perawatan Kapal)
Semua kapal secara periodik harus dilakukan reparasi termasuk pembersihan tangki dan lambung. Dalam proses docking semua sisa bahan bakar yang ada dalam tangki harus dikosongkan untuk mencegah terjadinya ledakan dan kebakaran. Dalam aturannya semua galangan kapal harus dilengkapi dengan tangki penampung limbah, namun pada kenyataannya banyak galangan kapal tidak memiliki fasilitas ini, sehingga buangan minyak langsung dipompakan ke laut. Tercatat pada tahun 1981 kurang lebih 30.000 ton minyak terbuang ke laut akibat proses docking ini (Sofyan,2001).

  Terminal Bongkar Muat Tengah Laut
Proses bongkar muat tanker bukan hanya dilakukan di pelabuhan, namun banyak juga dilakukan di tengah laut. Proses bongkar muat di terminal laut ini banyak menimbulkan resiko kecelakaan seperti pipa yang pecah, bocor maupun kecelakaan karena kesalahan manusia (Sofyan,2001).

  Bilga dan Tangki Bahan Bakar
Umumnya semua kapal memerlukan proses balas saat berlayar normal maupun saat cuaca buruk. Karena umumnya tangki ballast kapal digunakan untuk memuat kargo maka biasanya pihak kapal menggunakan juga tangki bahan bakar yang kosong untuk membawa air ballast tambahan. Saat cuaca buruk maka air balas tersebut dipompakan ke laut sementara air tersebut sudah bercampur dengan minyak. Selain air balas, juga dipompakan keluar adalah air bilga yang juga bercampur dengan minyak. Bilga adalah saluran buangan air, minyak, dan pelumas hasil proses mesin yang merupakan limbah. Aturan Internasional mengatur bahwa buangan air bilga sebelum dipompakan ke laut harus masuk terlebih dahulu ke dalam separator, pemisah minyak dan air, namun pada kenyataannya banyak buangan bilga illegal yang tidak memenuhi aturan Internasional dibuang ke laut (Sofyan,2001).

Scrapping Kapal
Proses scrapping kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua) ini banyak dilakukan di industri kapal di India dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Akibat proses ini banyak kandungan metal dan lainnya termasuk kandungan minyak yang terbuang ke laut. Diperkirakan sekitar 1.500 ton per tahun minyak yang terbuang ke laut akibat proses ini yang menyebabkan kerusakan lingkungan setempat (Sofyan,2001).

  Kecelakaan Tanker
Beberapa penyebab kecelakaan tanker adalah kebocoran lambung, kandas, ledakan, kebakaran dan tabrakan. Beberapa kasus di perairan Selat Malaka adalah karena dangkalnya perairan, dimana kapal berada pada muatan penuh. Tercatat beberapa kasus kecelakaan besar di dunia antara lain pada 19 juli 1979 bocornya kapal tanker Atlantic Empress di perairan Tobacco yang menumpahkan minyak sebesar 287.000 ton ke laut. Tidak kalah besarnya adalah kasus terbakarnya kapal Haven pada tahun 1991 di perairan Genoa Italia, yang menumpahkan minyak sebesar 144.000 ton (Sofyan,2001)
Kecelakaan pengeboran minyak lepas pantai
Biasanya kecelakaan yang seringn terjadi yaitu kebakaran, seperti contoh pengeboran minyak di teluk meksiko yang mengakibatkan pencemaran di perairan tersebut. (antaranews.com)




oleh karyono, afirman

Daftar pustaka
Sofyan.2001.Desentralisai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Suatu Peluang dan Tantangan. Makalah Falsafah Sain. PPS
 http://www.antaranews.com/berita/1271981983/pengeboran-minyak-yang-terbakar-di-lepas-pantai-as-tenggelam


baca selengkapnya......

Rabu, 04 Mei 2011

Pengertian Pengindraan jauh

Pengertian Pengindraan jauh

Banyak Para Ahli yang mendefinisikan apa itu Pengindraan jauh, dan beberapanya yaitu :

Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji (Lillesand & Kiefer, 1994).

Sedangkan menurut Lindgren (1985), penginderaan jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisa informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan dan dipancarkan oleh permukaan bumi. Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut. (Estes & Simonett, 1975).

Penginderaan jauh (inderaja) adalah ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) untuk memperoleh, mengolah dan menganalisa data untuk mengetahui karakteristik objek tanpa menyentuh objek itu sendiri. Dengan pengertian ini bahwa ada beberapa cara yang bisa dilakukan termasuk peralatan yang dipakai untuk mengamati suatu objek dengan metode penginderaan jauh (Ono, M. 2004).

Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisa data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji. Alat atau cara yang paling dikenal dan banyak dipakai adalah dengan menggunakan pesawat terbang dan satelit (Lillesand,1990).

Penginderaan Jauh adalah ilmu, teknologi dan seni dalam memperoleh informasi mengenai objek atau fenomena di (dekat) permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji, melainkan melalui media perekam objek atau fenomena yang memanfaatkan energi yang berasal dari gelombang elektromagnetik dan mewujudkan hasil perekaman tersebut dalam bentuk citra. (Dulbahri, 1985).

Pengertian tanpa kontak langsung di sini dapat diartikan secara sempit dan luas. Secara sempit berarti bahwa memang tidak ada kontak antara objek dengan analis, misalnya ketika data citra satelit diproses dan ditransformasi menjadi peta distribusi temperatur permukaan pada saat perekaman. Secara luas berarti bahwa kontak dimungkinkan dalam bentuk aktivitas ground truth, yaitu pengumpulan sampel lapangan untuk dijadikan dasar pemodelan melalui interpolasi dan ekstrapolasi pada wilayah yang jauh lebih luas dan pada kerincian yang lebih tinggi . (Dulbahri, 1985).





Daftar Pustaka

Dulbahri. 1985. Interpretasi Citra Untuk survey Vegetasi. Puspics Bakorsurtanal UGM. Yogyakarta
Estes J.E.1974.Imaging with Photographic and Nonphotographic Sensor System, In : Remote Sensing Tehciques for Environtmental Analysis. Hamilton Publishing Compagny.California USA
 Lillesand, Kiefer. 1994.Penginderaan jauh dan Interpretasi Citra, Gajah Mada University Press.Yogyakarta
Lillesand dan Kiefer, 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
 Ono, M. 2004. Application of Satellite Images focused on Disaster Management, RemoteSensing . Technology Center of Japan. Japan



baca selengkapnya......