Minggu, 09 Januari 2011

Penyakit karang

Penyakit merupakan suatu hal yang mengganggu dalam kehidupan karang, laporan pertama tentang penyakit yang menyerang karang scleractinia muncul pada pertengahan 1970-an (Peters, 1997). Penyakit Black-band Disease (BBD) pertama dilaporkan dari terumbu karang di Belize dan Bermuda, tetapi kemudian ditemukan juga di Caribia dan Indo-Pasifik. BBD ditemukan pada milleporinids (karang api) dan gorgonacean. Tidak semua karang rentan terhadap penyakit ini. Karang otak massif (Diploria spp., Colpophyllia spp.) dan karang bintang (Montastraea spp.) umumnya paling banyak diserang anggota family Faviidae, sementara elkhorn coral, staghorn coral, dan pillar coral tahan terhadap infeksi.
Menurut Richmond (1993), ada empat kondisi karang yang telah diidentifikasikan sebagai penyakit yaitu : white band disease (WBD), Black band disease (BBD), infeksi bacterial dan shut down reaction. BBD dan WBD mampu membunuh jaringan karang. Namun, Edmunds (1991) menyatakan bahwa BBD, yang disebabkan oleh cyanophyta Phormidium corallyticum, dapat memiliki suatu peran dalam menjaga diversitas karang karena paling umum dalam spesies karang yang membentuk koloni besar dan membentuk struktur kerja bagi terumbu. Ketika BBD membunuh bagian dari koloni-koloni ini, skeleton tersedia untuk dikolonisasi oleh spesies koral yang lain. Tetapi setelah 25 bulan tida ada rekriutmen karang diantara karang yang terinfeksi BBD.

Ada beberapa jenis penyakit karang Pada awalnya jenis penyakit ini juga masih terbagi dalam dua jenis penyakit yakni:
• penyakit yang disebabkan oleh faktor internal (apathogen) (Skeletal anomalies, Shut-down reaction, dan White band disease)
• penyakit yang disebabkan oleh pathogen eksternal yakni bakteri (Black band disease, White plaque type I)

Perkembangan penyakit pada saat ini lebih cenderung kearah pathogen. Perkembangan penyakit yang disebabkan oleh faktor internal (aphatogen) juga mengalami perkembangan.
a. penyakit yang disebabkan oleh faktor internal (apathogen) (White band disease type II).
b. penyakit yang disebabkan oleh pathogen eksternal dibagi menjadi dua yakni: Pathogen yang disebabkan oleh jamur (Fungi) (Aspergillosis, Fungal protozoan syndrome) Pathogen yang disebabkan oleh bakteri atau microalgae (White pox, Vibrio shiloi-induced bleaching, Yellow blotch/band, White plague Type II , Yellow band, Dark spots, Skeleton eroding band, White plague Type III, Pink-line syndrome, Vibrio coralliilyticus-induced bleaching and diseas
• Limbah dan Eutropikasi
Parameter penting dari tekanan sampah di lingkungan laut tampak dari penurunan kandungan oksigen, jumlah kontaminan beracun dan tingkat penanganan limbah. Limbah dapat mengandung sejumlah penting bahan toksik atau produk ikutan dari pestisida, herbisida, klorin, atau logam berat. Nilai BOD yang tinggi dari limbah, kemungkinan berpasangan dengan turunan hydrogen sulfida, mungkin juga menimbulkan pengaruh toksik.
Selain limbah toksik, masuknya unsur hara (nutrien) yang ber lebihan (eutropikasi) dari daratan juga mengakibatkan kerusakan pada terumbu karang. Dua contoh pengaruh eutropikasi terhadap terumbu karang telah di gambarkan di Barbados dan Kaneohe Bay Hawaii (Brown, 1997) Di Barbados tekanan merupakan kombinasi dari pengkayaan nutrien, penambahan sedimentasi dan masuknya bahan beracun. Dan di Kaneohe Bay tekanan meliputi sedimentasi, limbah rumah tangga dan runoff dari daerah pertanian.
• Acantchaster
Acanthaster planci adalah sejenis bintang laut besar yang sering disebut mahkkota duri (crown of thorns). Di New Caledonia dikenal dengan "step-mother’spin-cushion". Organisme ini dikenal bukan karena keindahan atau nilai komersialnya akan tetapi potensinya yang merusak bagi karang karena hewan ini memakan polyp karang (corallivorous). Seekor acanthaster dapat menghancurkan 5 – 6 m2 karang per tahun
(Anonimus, 2003a). Dalam jumlah yang banyak dapat menghancurkan beberapa km2 per tahun.
Beberapa bukti kerusakan karang akibat acanthaster telah di laporkan antara lain rusaknya 90% koral di sepanjang 38 km pantai Guam, 80% di Green Island (Australia) yang mencapai kedalaman 40 m. Di Hawaii hanya menyebabkan kerusakan yang kecil (Anonim, 2003a). Kerusakan bervariasi antara satu tempat ke tempat lain. Koral di tempat yang dangkal dengan air yang berolak sedikit terserang acantasther dibandingkan tempat lain. Tingkat kerusakan juga bergantung pada spesies karang, Porites dan Pocillopora yang membentuk blok paling massif sedikit mendapat serangan.
• Coral Bleaching
Coral bleaching adalah proses dimana koloni coral kehilangan pigmenpigmen karena ‘lepasnya’ zooxanthellae yang hidup bersimbiosis dengan organisme inangnya (polyp coral), atau karena zooxanthella telah keluar dari polyp (Quod, 2003) Meskipun bleaching koral umumnya terjadi pada bagian yang dangkal dari terumbu, pada sebagian besar kasus serius dapat mempengaruhi koloni yang berlokasi hampir 40 m.
Menunrut Muller-Parker dan D’Elia, (1997) Fenomena coral bleaching mungkin merupakan suatu mekanisme pemberian kesempatan bagi coral dewasa untuk menukar zooxanthella dengan yang ada dilingkungan. Hal ini sesuai pendapat Buddemeier dan Fautin (1993) dalam Veron (1995) yang menduga bahwa bleaching lebih merupakan adaptasi dibanding sebagai bentuk penyakit. Pada kenyataanya, tampak bahwa bleaching adalah suatu proses yang kontinyu yang terjadi ketika ada tekanan tehadap lingkungan. Tingkat pengusiran yang rendah dari simbion-simbion mungkin terjadi relatif teratur,memungkinakan pergantian terus-menerus populasi simbion dalam coral inang.
• Global climate changes (Perubahan Iklim Global)
Menurut Smith dan Buddemeier (1992) dalam Brown (1997), faktor-faktor kunci yang dapat mempengaruhi terumbu karang selama periode perubahan iklim adalah naiknya permukaan laut (sea-level rise), penambahan temperatur air laut, perubahan kelarutan mineral karbonat, bertambahnya radiasi ultra violet dan kemungkinan menguatnya aktivitas badai dan arus.



Sumber : Tinjauan Pustaka laporan Koralogi “Praktikum pulau Panjang”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

comment yo..