Etika Lingkungan Hidup hadir sebagai respon atas etika moral yang selama ini berlaku, yang dirasa lebih mementingkan hubungan antar manusia dan mengabaikan hubungan antara manusia dan mahluk hidup bukan manusia. Mahluk hidup bukan manusia, kendati bukan pelaku moral (moral agents) melainkan dipandang sebagai subyek moral (moral subjects), sehingga pantas menjadi perhatian moral manusia.Kesalahan terbesar semua etika sejauh ini adalah etika-etika tersebut hanya berbicara mengenai hubungan antara manusia dengan manusia Albert Schweitzer (2003:12). Dalam perkembangan selanjutnya, etika lingkungan hidup menuntut adanya perluasan cara pandang dan perilaku moral manusia, yaitu dengan memasukkan lingkungan atau alam semesta sebagai bagian dari komunitas moral.
Air laut merupakan penyerap karbon (carbon sink). Karbon yang diserap maupun yang dilepas ke atmosfer berada dalam bentuk gas karbon dioksida (CO2). Laut akan menyerap karbon jika tekanan parsial gas karbon dioksida di atmosfer lebih tinggi dari tekanannya di dalam air laut. Laut berfungsi sebagai penyerap karbon (carbon sink) dalam dua bentuk yakni melalui serapan pasif dan aktif.
Pada serapan aktif, fitoplankton (tumbuhan mikro yang berada di kolom zona cahaya air laut) dengan kandungan klorofilnya dan bantuan sinar matahari memanfaatkan gas karbondioksida untuk proses fotosintesis dan menghasilkan gula (karbohidrat) dengan reaksi (H2O + CO2 + cahaya + klorofil ----> C6H12O6 + 6O2).Sedangkan pada serapan pasif, gas karbondioksida akan larut dalam air laut secara alami dengan mudah dan cepat serta membentuk asam karbonat dengan reaksi (H2O + CO2 ----> H2CO3).
Reaksi bolak-balik dalam proses ini juga berlangsung dengan cepat sehingga sulit membedakan antara asam karbonat dan karbondioksida dalam air. Air laut yang dingin serta banyak pergolakan (turbulent) cenderung menyerap karbondioksida dari atmosfer sementara air laut yang lebih hangat serta pergerakan airnya yang lebih tenang cenderung melepas karbondioksida ke atmosfer.
Dengan adanya isu global warming yang ditandai dengan peningkatan kadar CO2 di udara. Hal ini menyebabkan peningkatan penyerapan gas CO2 oleh air laut seyogianya tidak menguntungkan karena hal ini akan meningkatkan derajat keasaman (pH) air laut. Bila derajat keasaman air laut meningkat maka hal ini akan menggangu kehidupan organisma laut lainnya terutama ikan.
Terumbu karang sebagai salah satu contoh organisme yang tidak dapat hidup dalam suasana asam. Diperkirakan air laut memiliki kandungan CO2 sebesar 3,5 kali lipat dari kandungan normal pada tahun 2100 (David M Checkley 2004). Pada saat itu mungkin tidak akan ditemui lagi terumbu karang dan organisme laut lainnya akibat laut yang menjadi asam.
Diperlukannya etika lingkungan dalam upaya pencegahan laut menjadi asam. Dengan penerapan prinsip sikap hormat terhadap alam, tanggung jawab, sikap hidup sederhana, selaras dengan alam, kasih sayang, dan kepedulian terhadap alam.
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah. 2009. Dampak Global Warming : Jika Laut Semakin Panas.
http/: www.firmansyah.blogspot.com/dampak /global warming. (21 November 2009, 20.16).
Nababan, Bisman. 2009. Isu Global Warming, Laut Tak Lagi Sebagai Penyerap Karbon. http/: www.finroll.com/isu global warming. (21 November 2009, 20.32).
Utorodewo, Felicia, dkk. 2009. Program Dasar Pendidikan Tinggi Mata Ajar Pengembangan Kepribadian Terintegrasi Buku Ajar II. Depok: UI-Press.
sumber : http://vivalapharmacy.blogspot.com/2009/12/perlunya-etika-lingkungan-dalam-upaya.html
Air laut merupakan penyerap karbon (carbon sink). Karbon yang diserap maupun yang dilepas ke atmosfer berada dalam bentuk gas karbon dioksida (CO2). Laut akan menyerap karbon jika tekanan parsial gas karbon dioksida di atmosfer lebih tinggi dari tekanannya di dalam air laut. Laut berfungsi sebagai penyerap karbon (carbon sink) dalam dua bentuk yakni melalui serapan pasif dan aktif.
Pada serapan aktif, fitoplankton (tumbuhan mikro yang berada di kolom zona cahaya air laut) dengan kandungan klorofilnya dan bantuan sinar matahari memanfaatkan gas karbondioksida untuk proses fotosintesis dan menghasilkan gula (karbohidrat) dengan reaksi (H2O + CO2 + cahaya + klorofil ----> C6H12O6 + 6O2).Sedangkan pada serapan pasif, gas karbondioksida akan larut dalam air laut secara alami dengan mudah dan cepat serta membentuk asam karbonat dengan reaksi (H2O + CO2 ----> H2CO3).
Reaksi bolak-balik dalam proses ini juga berlangsung dengan cepat sehingga sulit membedakan antara asam karbonat dan karbondioksida dalam air. Air laut yang dingin serta banyak pergolakan (turbulent) cenderung menyerap karbondioksida dari atmosfer sementara air laut yang lebih hangat serta pergerakan airnya yang lebih tenang cenderung melepas karbondioksida ke atmosfer.
Dengan adanya isu global warming yang ditandai dengan peningkatan kadar CO2 di udara. Hal ini menyebabkan peningkatan penyerapan gas CO2 oleh air laut seyogianya tidak menguntungkan karena hal ini akan meningkatkan derajat keasaman (pH) air laut. Bila derajat keasaman air laut meningkat maka hal ini akan menggangu kehidupan organisma laut lainnya terutama ikan.
Terumbu karang sebagai salah satu contoh organisme yang tidak dapat hidup dalam suasana asam. Diperkirakan air laut memiliki kandungan CO2 sebesar 3,5 kali lipat dari kandungan normal pada tahun 2100 (David M Checkley 2004). Pada saat itu mungkin tidak akan ditemui lagi terumbu karang dan organisme laut lainnya akibat laut yang menjadi asam.
Diperlukannya etika lingkungan dalam upaya pencegahan laut menjadi asam. Dengan penerapan prinsip sikap hormat terhadap alam, tanggung jawab, sikap hidup sederhana, selaras dengan alam, kasih sayang, dan kepedulian terhadap alam.
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah. 2009. Dampak Global Warming : Jika Laut Semakin Panas.
http/: www.firmansyah.blogspot.com/dampak /global warming. (21 November 2009, 20.16).
Nababan, Bisman. 2009. Isu Global Warming, Laut Tak Lagi Sebagai Penyerap Karbon. http/: www.finroll.com/isu global warming. (21 November 2009, 20.32).
Utorodewo, Felicia, dkk. 2009. Program Dasar Pendidikan Tinggi Mata Ajar Pengembangan Kepribadian Terintegrasi Buku Ajar II. Depok: UI-Press.
sumber : http://vivalapharmacy.blogspot.com/2009/12/perlunya-etika-lingkungan-dalam-upaya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
comment yo..